Let’s Talk About: Master of None

6b38be2caa3e97e9712277e1dc05aef88bad7f3c
Aziz Ansari is Dev

Halo!

Sesuai dengan judul, di postingan ini saya pengen ngomongin tentang Master of None-nya Aziz Ansari dan Alan Yang. Agak telat memang, tapi.. yaudah karena pengen mau gimana lagi.

Sebetulnya ini bukan review juga sih, karena pada dasarnya saya ngga bisa kalo disuruh review suatu film, album atau tv show. Karena jatohnya malah subjektif banget dan isinya pasti salah satu di antara,

INI ENAK/BAGUS/KEREN BANGET!

atau

ya oke lah lumayan, untung bajakan

Jadi ya gitu. Ngga bisa nilai secara objektif dan yang teknis-teknis banget, apalagi kalo review suatu film, album atau tv show gitu kan umumnya harus nyebutin reference-refence yang lawas nan obscure. Makanya, saya nggak akan bilang ini review, cuma pengen ngomongin aja layaknya kalo ngobrol sama temen deket. Kali ini kebetulan saya mau ngomongin Master of None.

Dimulai langsung aja kali ya.

Oke.

tumblr_nyghz60jNp1u0vymeo1_500

Buat yang belum tau, Master of None ini serial/series/tv show. Tayang sejak November tahun lalu di Netflix. Baru ada 1 season yang isinya ada 10 episode dengan durasi 20menitan untuk setiap episode. Jadi buat kamu yang agak takut untuk berkomitmen, Master of None ini cocok karena baru 1 season dan bisa habis dalam waktu 4-5 jam.

Ceritanya sih tentang Dev, 30, seorang aktor iklan yang susah untuk menentukan pilihan. Bingung milih cewek mana yang mau diajak nonton konser. Bingung milih tempat tacos terbaik sampai harus riset dulu berjam-jam. Sampai bingung milih antara UberX atau UberBlack buat nganterin teman kencannya untuk beli pil biar nggak hamil karena kondom yang dipake bocor.

Oke.

Mungkin paragraf barusan masih terasa mbulet untuk mendeskripsikan Master of None, tapi sebetulnya emang ngga ada benang merah kayak How I Met Your Mother misalkan yang, “Dengan bantuan 4 temannya, Ted mencari The One di NYC”. Nah kalo Master of None ngga gitu. Setiap episode tema yang diangkat beda-beda jadi kalo mau pun, setiap episode bisa jadi film pendek sendiri gitu lho. Mirip-mirip Portlandia-nya Fred Armisen. Kayaknya. CMIIW ya.

Topik-topik yang diangkat pun terbilang diverse banget. Mulai dari cerita tentang ketakutan Dev untuk punya anak, stereotip orang india di hollywood, hingga bahas susahnya hidup sebagai cewek di New York. Beberapa topik lain, kayak topik dating, itu sepertinya loosely based on Aziz’s book Modern Romance (bagus banget, btw).

anigif_enhanced-13682-1447861863-2

Okay. Udah bahas plot-nya ya.

Now let’s talk about the cast.

Aziz Ansari (nyambi sebagai screenwriter dan director di beberapa episode) sebagai Dev. Ya basically Dev itu Aziz dan Aziz itu Dev. Kalo saya pribadi sih selalu suka dan tertarik dengan role-role yang diambil Aziz di film-film (belum banyak karena dia ngga mau ngambil role stereotip india, dibahas juga di sini). Waktu denger dia mau bikin serial sendiri ya pasti ditunggu banget lah. Apalagi dibuat bareng Alan Yang, yang kerja bareng Aziz juga di Parks and Rec sebagai writer & producer. What I’m saying is, I’m a fan. Oh iya, stand-up specialnya, especially Buried Alive (2013), juga kocak banget.

Noel Wells sebagai Rachel. Jadi pacarnya Dev di sini. Noel ini alumni SNL. Jadi ya pasti lucu dan jago impression. No complain here.

10655080_422600294604436_480631015_n
kurang gemesin apa coba <3

Eric Wareheim sebagai Arnold. Temen deketnya Dev. Big buddy-nya Aziz. Their friendship in Instagram is the definition of #friendshipgoals.

Lena Waithe sebagai Denise. Lesbian dan temen deketnya Dev juga. Ngga tahu Lena sebelum Master of None tapi di sini lumayan kok. Kalo ngga salah juga produsernya Dear White People (2014) dan film itu bagus banget. (see, kalo saya review jatohnya gitu doang, kurang kosakata)

Kelvin Yu sebagai Brian. Asian dan temen deketnya Dev juga. Kasusnya sama kayak Lena, ngga tahu dia dulu siapa. Aktingnya agak awkward sih, tapi oke lah. Emang pada dasarnya serial komedi kan emang ngga ngandelin akting yang bagus-bagus amat layaknya Breaking Bad.

Sumpah hampir lupa, tapi kedua orang tuanya Aziz juga ambil bagian di serial ini. Aktingnya emang maksa tapi di situlah charm-nya. Good stuff.

gty_master_of_none_cast_hb_151116_16x9_992
noel wells lucu ya

Selesai bahas cast, sekarang bahas apa lagi ya..

Mungkin ini trivia yang ngga seberapa penting, tapi ada dua episode Master of None yang di-direct sama James Ponsoldt (Smashed, The Spectacular Now, The End of the Tour). So, that’s pretty cool.

Sekarang bahas soundtrack-nya yuk.

Faktor lain yang membuat Master of None bagus itu soundtrack-nya. Eh ini serius lho. Aziz sendiri yang milih sendiri setiap lagunya. He talks about it with Pitchfork. Baca di sini. Keliatan niat banget kan ya. Di episode ke-6, Nashville, waktu Dev dan Rachel pergi ke Nashville, lagunya pun otomatis ngikut jadi lagu country. That’s pretty neat.

6e05fdb0-7124-0133-ed00-0aa00699013d

Oh iya, OST-nya sudah bisa didengarkan secara gratis di Spotify. Thank me later.

Done with the soundtrack. Mari bahas yang lain.

I love how Aziz potrays dating in this series.

Di episode 3, Hot Ticket. Dev punya sisa tiket konser 1, dan dia bingung siapa cewek yang bakalan diajak. Karena bingung, Dev pun minta masukan dari Arnold, Brian sama Denise di suatu cafe. I mean, siapa sih yang ngga pernah ngelakuin ini? Hampir semua remaja (or millennials) kayaknya pernah. Waktu di cafe, ketemulah Dev sama Alice yang juga kerja sebagai bartender di cafe yang Dev kunjungi. Kemudian ngajak nonton konser bareng, dia setuju.. lalu 3 hari sebelum konser si Alice ngga ada kabar.

giphy

…Tapi masih sempet update foto di Instagram. Karena ngga ada kabar, Dev pun nyari pengganti. Udah dapet kan penggantinya Alice, eh beberapa jam sebelum konser Alice ngabarin kalo ternyata dia bisa dateng, ya terpaksa dong Dev batalin date dengan cewek satunya setelah diyakinkan Arnold kalo Dev punya Hot Ticket dan bisa ngajak cewek yang paling cakep. Dev sempet ragu dengan bilang, “It’s pretty rude to flake, man” and finally, setelah beberapa rajukan dari Arnold:

I mean, whatever, we can be shitty to people now and it’s accepted and it’s one of the great things about being alive today. I’m taking Alice!

Oh, man I could relate to this so much. No, bukan relate ke Dev. Tapi sama other girl yang date-nya dibatalin gitu aja beberapa jam sebelum acara (konser, nonton, makan, dll). People flake all the time. Nyebelin emang tapi mau gimana lagi.

anigif_enhanced-buzz-26499-1383840216-26

Salah satu faktor kenapa orang-orang sering batalin rencana gini nih ya karena orang-orang takut buat komit. Jadi misalkan nih ya, saya ada kencan dengan temen dari kampus, lalu waktu lagi iseng swipe kanan & kiri di Tinder, eh rejeki anak soleh dapet match yang cakep. Lebih cakep daripada temen kampus saya tersebut, misalkan. Ini juga disinggung di sini di mana Denise dan Dev lagi nongkrong di bar, lalu Denise tanya kenapa kok ngga nge-date sama Rachel aja daripada nongkrong di party ngga jelas-nya Brian. Terus Dev jawab kalo mungkin aja di party itu dia bisa nemu someone magical, lalu Denise jawab kalo mungkin aja someone magical yang diharapkan Dev itu bisa aja Rachel dan gimana dia bisa tahu kalo Rachel bukan someone magical kalo dicoba aja belum?

 People aren’t gonna become magical right away. Maybe they’ll become magical.. maybe they’ll become garbage

Wow that’s pretty deep.

Sebetulnya masih banyak yang pengen saya omongin tentang Master of None, tapi kayaknya segini dulu aja kali ya.

Makasih lho buat yang udah mau baca sampai habis.

tumblr_nwmuedeq5f1qejocno1_500
Thank you!

Love,

Admin.